Protein-Protein Yang Berfungsi Sebagai Pertahanan Alamiah Rongga Mulut

Rongga mulut merupakan pintu gerbang tubuh terhadap berbagai mikroorganisme. Sistem pertahanan alamiah dalam rongga mulut disebut sistem laktoperoksidase (LP sistem) yang terdapat di dalam saliva (air ludah). Kerusakan LP sistem merupakan penyebab berbagai penyakit rongga mulut, tetapi saliva kurang mendapat perhatian karena jarang menimbulkan efek yang merugikan (Handajani, 2005).

Saliva mengandung berbagai komponen organik  seperti enzim yang berfungsi sebagai antimikrobial. Sistem peroksidase pada saliva dapat bekerja atau aktif dengan adanya bantuan ion thiosianat  (SCN) serta hidrogen peroksida (H2O2). Enzim laktoperoksidase di dalam saliva merupakan enzim oksidatif, dalam kombinasi dengan tiosianat sebagai substrat dari saliva dan H2O2 dari bakteri, memberi hambatan efektif pertukaran zat dan pertumbuhan bakteri tertentu seperti lactobacilli, Staphylococcus Aurens, Streptococcus Mutans dan Escherenchia Coli. Sekitar 60% mikroorganisme flora mulut dapat memproduksi dan mensekresi H2O2. Efek biologi dari enzim laktoperoksidase yaitu mempunyai aktivitas antibakterial, memperlambat pertumbuhan mikroorganisme, mengkatalis yodasi asam amino tirosin dalam berbagai protein, mengkatalis pembentukan cross-link dalam beberapa protein diantaranya kolagen. Kandungan laktoperoksidase pada saliva yang tidak distimulasi adalah 1mg/100ml (Handajani, 2005).

Enzim lisozim terdapat di dalam cairan sekresi eksokrin seperti air susu ibu, air mata, keringat, lendir hidung dan cairan mulut (saliva). Enzim ini mampu menyerang bakteri dengan cara menyerang dinding selnya sehingga menjadi porous dan bakteri kehilangan cairan sel, akhirnya mati. Konsentrasi lisozim dalam saliva yang tidak distimulasi sekitar 150-250 mg/L. Enzim ini berfungsi efektif sebagai antibakteri apabila bekerja sama dengan laktoferin dan sIgA (Handajani, 2005).

Laktoferin adalah suatu protein yang mengikat zat besi. Enzim ini terdapat di air susu ibu, saliva dan cairan tubuh yang lain seperti dalam granula leukosit polimorfonuclear. Konsentrasi laktoferin dalam saliva total yang tidak distimulasi sekitar 1 mg / 100 ml. Laktoferin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun bakterisid pada Streptococcus Mutans pada konsentrasi 15mg / 100ml. Fungsi bakteriostatik laktoferin dengan cara mengikat ion Fe3+ yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Meskipun konsentrasi di dalam saliva hanya 1 mg/100 ml tetapi pada daerah spesific seperti dalam plak email gigi, konsentrasi laktoferin dapat meningkat sehingga dapat berfungsi baterisid. Dalam saliva, laktoferin terikat pada sIgA, sedangkan sIgA sendiri dapat mengikatkan diri pada reseptor spesific  pada permukaan bakteri seperti Streptococcus Mutans. Laktoferin juga digunakan sebagai sistem penolakan sekunder yaitu bila tidak ada sIgA atau bila sIgA sebagian putus oleh reaksi enzimatis. Laktoferin dapat bekerja efektif sebagai antimikroba bekerja sama dengan lisozim dan laktoperoksidase (Handajani, 2005).

Bagikan artikel ini

Beli di sini: