Radang gusi atau gingivitis adalah suatu keadaan dimana gusi memerah, tampak membengkak, lunak dan mudah berdarah ketika dilakukan pembersihan dengan benang gigi (flossing) dan menyikat gigi. Menurut Goldman dan Cohen (1980 cit. Depkes RI, 1996) radang gusi merupakan akibat dari akumulasi bakteri dalam plak sepanjang tepi gusi (gingiva margin). Radang gusi biasanya tidak sakit, oleh karenanya cenderung diabaikan oleh penderitanya.
Radang gusi yang tidak mendapatkan perawatan akan berlanjut menjadi radang jaringan penyangga gigi (periodontitis), lama kelamaan gigi akan goyah dan tanggal meskipun tidak berlubang. Alangkah disayangkan kalau ini terjadi !
Plak di sepanjang tepi gusi merupakan penyebab terjadinya radang gusi. Oleh karenanya, pengendalian plak di sekitar gusi adalah hal penting untuk dilakukan. Kontrol plak yang sering dilakukan adalah menggunakan dental floss (benang gigi) dan menyikat gigi. Sayangnya area tepi gusi merupakan bagian yang sulit dibersihkan dengan menyikat gigi karena bentuk tepiannya melengkung dan berbatasan langsung dengan jaringan lunak, sehingga seringkali tertinggal plak di tepi gusi. Akibatnya, bakteri-bakteri yang ‘tinggal’ di dalam plak tersebut berkembang biak, merusak gusi dan menyebabkan terjadinya radang gusi.
Penggunaan pasta gigi enzim secara rutin akan membantu mengatasi problem radang gusi. Hasil penelitian efek penggunaan pasta gigi enzim terhadap plak gigi menunjukkan terjadi penurunan plak gigi secara bermakna. Hal ini kemungkinan karena kemampuan antibakteri pasta gigi dengan sistem laktoperoksidasenya yang mampu mengubah thiosianat menjadi hipothiosianat. Hipothiosianat ini akan bereaksi sebagai antibakteri dengan adanya interaksi enzim glycolitic oksidasi-reduksi yang mengandung group thiol esensial mampu membunuh bakteri Streptococcus pada plak gigi. Selain itu enzim lisozim yang terdapat dalam pasta gigi enzim mampu menyerang bakteri dengan cara menyerang dinding selnya sehingga menjadi porous , mengakibatkan bakteri kehilangan cairan sel, akhirnya mati. Enzim ini berfungsi efektif sebagai antibakteri apabila bekerja sama dengan laktoferin dan sIgA (Amerongen, 1991). Enzim laktoferin dalam pasta enzim juga berfungsi sebagai antibakteriostatik dengan cara mengikat ion Fe3+ yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dalam saliva , laktoferin terikat pada sIgA, sedangkan sIgA sendiri dapat mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaan bakteri seperti streptococcus mutans. Laktoferin juga digunakan sebagai sistem penolakan sekunder yaitu bila tidak ada sIgA atau bila sIgA tidak mampu mengikat diri pada bakteri atau bila sIgA sebagian putus oleh reaksi enzimatis. Laktoferin dapat bekerja efektif sebagai antimikroba bekerja sama dengan lisozim dan laktoperoksidase. Sehingga kemungkinan adanya enzim dalam pasta gigi ini kemungkinan mampu mengubah kualitas plak gigi menjadi material yang dapat larut (Midda dan Cooksey, 1986).