Siapa tidak kenal sariawan? Luka kecil di rongga mulut ini kerapkali terasa menyiksa, menyebabkan gangguan dalam bicara dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi yang mengalaminya. Sariawan merupakan luka yang paling sering terjadi di permukaan rongga mulut. Sariawan ada yang bersifat kambuhan. Menurut literatur, tingkat kekambuhan dari sariawan bervariasi antara 11% s/d 66 % pada kelompok populasi yang berbeda (Donatsky, 1978).
Luka sariawan kambuhan pada prinsipnya terlokalisasi pada jaringan lunak yaitu permukaan yang lentur pada mulut. Ukuran lukanya bervariasi pada kisaran besaran milimeter. Luka sariawan dapat kita kenali dengan mudah dan jelas. Luka sariawan seperti kawah gunung berapi dan diselimuti keabu-abuan. Gambaran klinisnya sangat khas sehingga tidak akan menyebabkan kesulitan dalam menentukan diagnosanya.
Normalnya waktu penyembuhan luka sariawan adalah sekitar 1 minggu. Namun waktu penyembuhan bisa bervariasi pada tiap-tiap individu, berkisar antara beberapa hari hingga satu bulan. Luka sariawan akan sembuh tanpa cacat, terkecuali jika sariawannya dari jenis luka yang dalam (sutton’s aphtae) bisa meninggalkan bekas berupa jaringan parut. Pada masing-masing orang juga berbeda-beda tingkat kekambuhannya. Ada yang terus menerus menderita sariawan, ada pula yang hanya menderita beberapa kali dalam satu tahun.
Penyebab secara keseluruhan belum jelas, tetapi hubungannya dengan bakteri telah ditunjukkan oleh sejumlah tulisan (survey by Stenman, 1977 dan Donatsky, 1978). Banyak penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa reaksi pertahanan tubuh diarahkan melawan bakteri mulut Streptococcus sanguis yang menyerang bagian permukaan rongga mulut (epitel) lalu merusaknya. Manifestasi dari kerusakan permukaan rongga mulut tersebut adalah terjadinya luka yang disebut sariawan.
Selama tahun-tahun terakhir, para peneliti telah menunjukkan ketertarikan yang besar pada aktivasi sistem antibakteri dari air ludah, terutama sistem laktoperoksidase yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah bakteri di dalam rongga mulut. (Hoogendoorn, 1974) membuktikan bahwa penambahan enzim Amiloglukosidase (AMG) dan enzim Glukose Oksidase (GO) mengaktifkan sistem antibakteri dari air ludah dengan cara memproduksi hydrogen peroksida yang menyebabkan enzim laktoperoksidase mengkatalis reaksi oksidasi dari tiosianat menjadi hipotiosianat. Ion ini mempunyai efek kontrol terhadap beberapa bakteri penting dan mempunyai efek hambatan terhadap banyak bakteri di dalam rongga mulut, termasuk streptoccous sanguis yang menyebabkan terjadinya sariawan.
Sariawan kambuhan menyebabkan ketidaknyamanan pada penderitanya. Penggunaan pasta gigi enzim untuk mengaktifkan sistem antibakteri di dalam air ludah kelihatannya menjadi metode yang efektif.
Hasil penelitian klinis yang dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2005 menunjukkan penggunaan pasta gigi dengan kandungan enzim bekerja dengan cara memperbaiki kualitas air ludah dan bukan secara langsung menyembuhkan permukaan rongga mulut yang terinfeksi. Kualitas air ludah yang sehat akan mengembalikan fungsi pertahanan alami ludah.
Ingin bebas dari sariawan? Rawat rongga mulut anda dengan menyikat gigi secara teratur menggunakan pasta gigi enzim, minimal 2 kali dalam sehari, pada pagi hari dan sebelum tidur malam.